kucoba berlari keluar
menantimu
sore ini ..
tapi yg kulihat hanya seperti biasa..
lelahku menunggu asa yg seharusnya berdiri disini
bersamaku..menunggu langit jingga..
entah sampai kapan kusimpan rasa ini
tak kan pernah terganti
.......
Jingga
Kembali kutulis rinduku untukmu
Entah berapa lama ku bisa menahan asa ini
Entah berapa lama ku bisa bertahan tuk tak melihat warna’mu
Kenyataan’nya ku rindu warna’mu
Andaikan ku bisa teriak
Teriakan bebas krn ku bisa melihat mu
Jelas.
Jingga
Sore ini kuberanikan diri menatapmu
Menikmati setiap jengkal warna’mu
Masih ...kuberayun disini
Ayunan’ku hampa, kosong
Karna tak kujumpai kau berayun
Ayunan ini kosong..tanpa’mu
Heeeemmm aaaarrkhhh .......
Cukup. Aku ga mau nangis.
Jingga.......
Rapuh... jiwa ini tanpa nyala pelangimu
Warna mu semakin pudar dan aku?
Semakin tak berpijak.
Jiwaku seakan melayang tanpa harapan...
Segala yg pernah kau ajarkan ikut hilang
Ketika sinar mentari menghapus warnamu
Hingga ku tak mau melihat sore
Ku tak mau menjumpai warna mu
Aku takut rindu warnamu
Rindu akan nyala teduhmu
Kutersadar bhw apa yang pernah kau ajarkan benar
Dan kutahu sekarang..........
Bahwa kau teramat mencintai ku
Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
“Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!
Note. Jingga yg memberikannya padaku...